Kamis, 12 Agustus 2010

Nikmatnya Ramadhan di Kampung Orang.

Akhirnya datang juga, pengalaman yang aku tunggu untuk dijalani dengan suasana dan tempat yang berbeda, Ramadhan di kampung orang. Memang banyak dari mahasiswa kebanyakan yang ada disini ketika ramadhan datang mereka pulang ke kampung halamannya masing-masing atau ada yang sangat berharap dapat izin dari profesornya untuk bisa minimal lebaran di kampung halaman. Ada cerita abang letingku karena sangat disayang profnya jadi dia boleh pulang pada ramadhan minggu ketiga dan segera kembali setelah lebaran, ada yang bilang hal tersebut merupakan kesedihan bagaimana menurut anda..?

Ramadhan pertamaku di warnai dengan kejadian yang kuharap tak pernah terjadi, yaitu salah naik bus. Pada siang hari, ada sesuatu yang ketinggalan di kamarku, sehingga aku harus kembali dari kantor ke asramaku, untuk menghemat waktu dan tenaga pada saat istirahat makan siang aku langsung bergegas ke halte bus dan menunggu bus yang jurusannya ke asramaku. Akhirnya datang juga bus yang aku harapkan, segera kulangkahkan kaki ini ketika pintu bus di buka. Setelah berjalan sekitar 5 menit, rupanya bus tersebut berbelok ke arah lain, bukan ke arah asramaku dan aku terkejut serta langsung melihat kembali nomor bus tersebut, rupanya aku salah naik bus. Langsung ku pencet bel dan pak supirpun langsung memberhentikan busnya di halte berikutnya. Sambil tersenyum aku keluar dari bus. Sungguh pengalaman yang seharusnya tak terjadi, terima kasih kepada pak supir yang dengan gaya yang elegan tidak memberitahukanku bahwa aku salah jurusan. Akhirnya aku pulang ke asramaku dengan jalan kaki, karena takut salah naik bus lagi..

Di bulan ramadhan biasanya seluruh mahasiswa asing dan muslim yang ada di Taipei berbuka puasa di mesjid besar, selain untuk silaturrahim dengan sesama muslim juga karena ada bukaan gratis yang disediakan oleh pengurus mesjid. Info ini aku dapatkan dari mahasiswa Indo yang ramadhannya sudah beberapa kali di Taipei. Oleh karena itu kami minta izin untuk pulang lebih awal kepada mr. marr dan Lucien, big bos dikantorku.

Setelah menghabiskan satu jam perjalanan akhirnya kami tiba di Mesjid besar Taipei. Meja telah tersusun rapi beserta mangkuk ala china plus sumpit di sampingnya, disetiap meja ada 11 mangkuk yang berartikan ada 11 orang yang akan duduk di setiap mejanya. Ada kawanku yang berpesan, kalau mau buka di mesjid besar, segera duduk dan mengambil mangkuk yang ada di meja, itu menandakan bahwa kita telah mendapatkan karcis untuk buka puasa gratis.

Memang ada beberapa peraturan untuk buka puasa disini, yaitu tidak berisik ketika berbuka, tidak makan makanan yang kita sukai saja dan meninggalkan yang tidak kita sukai, menjaga sampah hasil makanan kita, dan peraturan-peraturan yang lazim lainnya seperti berdoa dahulu sebelum berbuka.

Setelah azan dikumandangkan langsung kami menyantap menu berbuka, mau tau menunya? Ada teh pahit, bubur, delima dan kurma, dalam hatiku bergumam, segini mana cukup untuk berbuka? Perlu tambahan extra large untuk memenuhi kebutuhan makananku.

Rupanya hidangan tadi hanya hidangan pembuka, setelah shalat magrib selesai kami kembali duduk di tempat mangkuk masing-masing, rupanya di atas meja sudah ada hidangan bihun, nasi, dan sayur-sayuran yang ditumis, dalam hatiku kembali bergumam, duh, tak apalah yang penting ada makan nasi walau ikanya sayur-sayuran, jadi vegetarian skali-skali. Hehehe

lalu kejutan itupun datang, daging rendang dan sop ayam pun dihidangakan di atas meja. Semua orang yang ada di mejaku pun antri untuk mengambilnya. Tak bertahan lama rendang pun tak tersisa, aku berpikir hari ini cukup sekian makananku. Rupanya datang lagi bala bantuan daging rendang yang dihidangkan di mejaku, tak berpikir lama tambah lagi eeuuy..memang makan besar hari ini. Setelah proses pembantaian selesai, dilanjutkan dengan isya dan tarawih bersama. Alhamdulillah, nikmatnya ramadhan di kampung orang...

Selasa, 10 Agustus 2010

Puas Menjadi Mahasiswa

Buat pembaca setia, mohon maaf atas ketidak terbitan tulisan selama seminggu belakangan ini, hal tersebut lebih dikarenakan proses adaptasi yang masih berjalan dan juga memang minggu pertama kemarin adalah minggu yang sangat padat, hampir tak ada waktu senggang. Nah, minggu kemarin juga padat karena saatnya balas dendam, kami banyak menghabiskan waktu untuk jalan-jalan dan makan-makan sehingga kaki ini pegal-pegal, hehehe..
Proses adaptasi memang aku akui memakan waktu yang cukup mengesankan, dimana semuanya tak bisa berjalan lancar seperti adanya dan keadaan tak terduga selalu saja datang. Proses mencari solusi saat rindu ini datang, kekosongan hati dan dropnya iman harus aku cari jawabannya agar kondisi diri ini tetap stabil. Tak mudah memang untuk melewati semua ini, tapi aku merasakan adanya kekuatan yang selalu mendorong dan mengintaiku salah satunya kekuatan doa dari orang tuaku.
Weekend kali ini memang sangat mengesankan dan penuh kejutan, tak terasa bahagianya menjadi mahasiswa dan pernah merasakan nikmat dunia ini. Pada hari sabtu kami berkumpul di mesjid kecil untuk mengadakan syukuran menyambut ramadhan. Kalau kita di Aceh mungkin meugang. Tapi karena paling rame disini mahasiswa dan pekerja dari pulau jawa, adatnya pun mengikuti pulau ibukota Negara kita, yaitu potong tumpeng. Tapi mantapnya tu, setelahnya kami smua kebagian nasi lemak plus ayam dan telornya, hehehe budaya mahasiswa terjadi lagi, dapat nasi gratis, Alhamdulillah.. Malamnya kami diajak belanja di night market, memang aku tak membeli apa-apa karena disini paling banyak toko perlengkapan wanita, mulai baju, sepatu, sandal, dan segalanya tentang wanita. Kalau toko laki-laki sangat jarang, jadinya kebahagian ini lebih banyak dirasakan kawanku yang memang hobinya belanja dan kalau belanja, pegel kaki ini nunggunya, mulai dari milih-milih, nawar-nawar, bisa-bisa pingsan kita nunggunya. Tapi aku lebih suka beli makanan, roti, ice kream dan berbagai macam air, the pahit serta air mineral. Semuanya aku habiskan sambil nunggu kawanku yang belanja. Wah, bisa ga turun-turun ni berat badan. Hehehe..
Hari minggunya kami mengunjungi kebun binatang Taipei, memang kebun binatangnya tak begitu mengesankan tapi ada hal yang menakjubkan di luar kebun binatang. Aku tak tau persis apa nama bahasa Indonesianya, kalau disini namanya Gondola. Semacam box yang berjalan di udara yang ditarik dengan tali menuju puncak gunung. Seperti flying box lah. Mungkin di dufan ada. Serunya kami hanya membayar 50 NT (Rp. 15.000) untuk sekali naik ke puncak gunung tertinggi yang memakan waktu 30 menit, dalam perjalanan nampak begitu indahnya hutan Taipei dan kotanya, 101 juga nampak. Subhanallah...baru terasa nikmatnya menjadi mahasiswa. Tak terhitung berapa kali tangan ini memencet tombol kamera untuk mengambil gambar pemandangan Taipei dari udara.