Jumat, 11 Februari 2011

Mencari Semangat yang redup


Desa Burlah, kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, 01 Februari 2011. Sekitar jam 16.15 rombongan Bakti Sosial Gerakan Mahasiswa Peduli Rakyat (Gempur) Aceh Pemerintah Mahasiswa (PEMA) Universitas Syiah Kuala yang berjumlah 45 orang tiba dengan sehat wal afiat. Rombongan kami yang diangkut dengan 5 mobil minibus disambut dengan senyuman dan keramahan warga desa Burlah. Masyarakat menyambut kami seakan-akan seperti menyambut saudara yang sudah lama tak berjumpa, terutama yang ibu-ibu seakan menyatu dan langsung akrab dengan masyarakat.
Aku salah satu relawan Gempur dan juga diamanahkan untuk mengkomandoi kawan-kawan relawan lainnya mencoba untuk menyapa dan membaur dengan masyarakat yang akan menjadi perhatian, sasaran bahkan teman untuk 10 hari kedepan. Walaupun dalam perjalanan keberangkatan dari kampus menuju desa sasaran dilalui dengan banyak rintangan dan permasalahan. Mulai dari pengaturan logistic dan transportasi relawan sebelum keberangkatan sampai dengan ulah sopir yang mengesalkan.
Saat kuinjakkan langkah pertama di desa Burlah, masih kusimpan energy dan semangat untuk mengabdi, setelah menurunkan smua barang dan logistic ke rumah kost kami (sebutan untuk rumah relawan), karena rumah kost laki-laki terpisah dengan perempuan maka aku bersama 4 mobil minibus lainnya ditemani warga beranjak ke atas bukit untuk mengantarkan relawan perempuan ke rumah kostnya di salah satu rumah warga. Setelah smuanya selesai aku pun kembali ke rumah kost yang menjadi istana selama 10 hari kedepan.
Langit mendung yang memberi sinyal akan turunnya hujan lebat menemani sore itu, ku lihat rumah kostku yang gelap tanpa sinaran lampu karena pada saat itu listrik sedang padam, dapur yang luas berlantaikan tanah, 2 kamar tidur dan 1 ruang tamu serta bak mandi besar di samping rumah itulah rumah kost kami yang dihuni oleh 25 orang relawan. Pada saat itulah aku kehilangan ide serta pikiran terasa buntu. Barang logistic yang berserakan ditambah dengan tidak adanya sinyal di handphone ku serta hari yang semakin gelap menambah kebuntuan. Ku dengar desus suara kawanku berbicara tentang banyak pertanyaan yang ditujukan kepadaku, tak satupun dapat ku jawab.

Sagralmu wen, kelas hide??

Itulah kosakata yang dihafal oleh kawanku pada hari pertama kami terjun kelapangan melihat medan baksos. Desa Burlah memang dihuni oleh penduduk yang kebanyakan dari suku Gayo. Mereka berinteraksi dan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Gayo, memang ada beberapa kosakata yang sama dengan bahasa Aceh, namun kebanyakannya berbeda, sehingga kami berkesempatan untuk mempelajari uniknya bahasa gayo. Akupun bersemangat untuk mengingat dan mempelajarinya, siapa tahu nanti bisa jadi orang gayo.. hehe..

Ada cerita lucu dibalik sejarah kenapa kami sangat mengingat kosakata “sagralmu wen, kelas hide”. Pada hari pertama kami baksos, kawanku bersama relawan dari divisi pendidikan melakukan survey ke sekolah dasar yang tak jauh dari rumah kost. Pada saat itulah kisah jenaka ini terjadi. Sesampainya disekolah, kawanku menyalami smua murid-murid SD yang sedang berbaris, satu persatu sambil menanyakan “Sagralmu wen, kelas Hide??...Sagralmu wen, kelas Hide??... Sagralmu wen, kelas Hide??.........”, Dengan gayanya yang mirip bung karno, ia terus menanyakannya sampai smua murid tersalami, aku tak yakin apakah ia akan mengingat smua nama murid dan kelas berapa ia berada tapi kawanku terus menanyakan pertanyaan yang sama.

Pada hari itu aku bersama relawan lainnya tertawa terbahak-bahak mendengar kisah ini dan kami saling bercanda dengan saling bertanya “Sagralmu wen, kelas Hide??....” pada malamnya sebelum tidur pun aku tertawa kecil mengingat kisah ini, dan kawanku pun keheranan kenapa aku tertawa sendiri disaat yang lainnya sudah terlelap, bahkan sampai sekarang pun aku masih tersenyum jika mengingat kisah ini.

Setelah 10 hari mengabdi di Burlah, hanya empat kosakata yang diingat oleh kebanyakan kawan-kawan relawan selain dua diatas yaitu “malai kusi” dan “gerebete”. Memang Desa Burlah meninggalkan banyak kisah yang jenaka yang mengharu biru, untuk kisah yang lainnya dapat dilihat di artikel bagus lainnya di blog ini, semoga menghibur…