Jumat, 02 September 2011

Yang Mana niat mu..??


Semua mahasiswa berlomba-lomba agar mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studinya ke luar negeri, karena memang untuk melanjutkan studi membutuhkan dana yang tidak sedikit, apalagi ke luar negeri, harus jual tanah dulu..hehe. Pak dekan ku pernah menghitung-hitung katanya biaya yang dihabiskan untuk menempuh studi master bisa mencapai 500 sampai 700 juta, kalau untuk Ph.D (bahasa keren untuk S3) bisa mencapai 1 M, nah.. mau ngemis dimana biar dapat dana segitu..?? kredit di Adira (biasanya mahasiswa kalau beli laptop ambel kreditnya disini nih..)..??  
Nah.. pasti anda tergiur kan untuk dapat beasiswa, gimana gak, bayangin aja kalau kuliah di Ausie masyarakatnya ramah banget, ausie tu terkenal dengan interaksi sosialnya yang tinggi. Atau anda mau kuliah di mata sipit, baik jepang cina atau korea?? Atau di Eropa, kalau kuliah di eropa udah belajar sama pakarnya trus kita belajar di gedung-gedung tua, makanannya pun mengundang selera. Beberapa hari ini aku baca buku success stori nya para penerima beasiswa Erasmus Mundus, beuh.. iri banget rasanya.. Erasmus Mundus memberikan beasiswa plus kesempatan jalan-jalan dan makan-makan. Bayangin aja, kita bisa kuliah minimal di 2 negara di eropa, trus smua dananya di tanggung, bahkan ada yang bawa keluarga lagi.. wah.. bisa honeymoon disana sekalian.
Tapi apa sih niat anda sebenarnya untuk berjuang berdesak-desakan, rela begadang, bahkan dana di korbankan untuk mendapat beasiswa..?? setelah diskusi sana-sini, buka buku dan bertapa di gua, akhirnya aku menemukan beberapa alasan mereka yang berjuang mencari uang untuk belajar di luar negeri, cekidot gan..

1.      Mencari Ilmu
Inilah alasan yang paling idealis, atau alasan untuk menutupi alasan kesenangan lainnya. Biasanya kalau nanya ke mereka yang mencari beasiswa pasti jawaban standarnya untuk meningkatkan kapasitas keilmuan, karena di Indonesia kurang bagus pengajarnya atau fasilitasnya kurang, akses informasi yang serba cepat serta kompetisi tingkat international membuat kita terpacu untuk menjadi yang terbaik.

Book, Pack and Goo..


Judul diatas merupakan slogan nya Airasia.com. karena memang sangat mudah dan gampang untuk terbang dengan Airasia. Dengan maskapai tersebutlah aku melakukan perjalanan sebagai Backpaker yang juga melengkapkan kunjungan Negara kelima. Ya.. Alhamdulillah kaki ini sudah menginjakkan di lima Negara berbeda, Indonesia, Jepang, Taiwan, Malaysia dan Singapura. Semua Negara tersebut aku kunjungi dalam berbagai kesempatan dan keperluan, kali ini aku akan berbagi tentang kunjungan ke Negara tetangga kita Malaysia dan Singapura, dengan tujuan menjadi Hikmah dan pengingat bagi pribadi yang lalai ini. Semoga Allah menjauhkan dari tujuan Riya’, Takabbur dan Sombong,…
Berawal dari duduk-duduk santai di salah satu kedai kopi di kawasan Banda Aceh, aku dan kawanku Ihsan iseng berencana berangkat ke Malaysia. Kami memutuskan untuk berangkat bulan agustus dengan pertimbangan kawan SMAku Muksin yang sedang menempuh studinya di UKM akan wisuda, sekalian ngerayain wisuda plus jalan-jalan, tempat tinggal kan bisalah tidur di tempat kosnya muksin. Akhirnya tiketpun di pesan jauh-jauh hari agar dapat promo.
         Bulan agustus pun menyapa, ternyata ada pengunguman dari pihak universitas bahwa pesta wisuda di tunda ke bulan September, mengingat bulan agustus bertepatan dengan Ramadhan. Karena bulan agustus ini kegiatan akademikku sudah libur, akhirnya aku dan Ihsan berangkat ke Malaysia walaupun sebelumnya harus duduk beberapa kali di warung kopi untuk menyusun ulang planning.
Pramugari pun menyambut dengan ramah keberangkatan kami (memang tugasnya ya..? hehe), rupanya kami satu pesawat dengan mahasiswa pertukaran ke Korea, salah satunya adalah Mulkan. Aku mengenal mulkan pertama kali sewaktu di Taiwan, dia memang anak kesayangan dosen dan mahasiswa berprestasi di Teknik Elektro. Bibit unggul lah… Rupanya mahasiswa pertukaran ke Korea ini harus transit di Malaysia selama sehari, karena penerbangan mereka ke Korea malam keesokan harinya. Jadi di kabin pesawat itu duduklah aku, Ihsan dan Mulkan. Kami hitung-hitung berapa biaya yang mulkan dkk akan habiskan untuk menginap sehari di Malaysia. Di iringi dengan tawa dan canda yang menggelegar kami berdiskusi, seolah-olah tidak ada orang lain berada di samping.