Minggu, 08 April 2012

Ekspedisi Air Terjun Kuta Malaka


Kali ini ceritanya juga tentang Sepeda, apalagi kalau bukan tentang serunya nge-club bareng SBY, grup yang kepanjangannya agak maksa yaitu Sepeda buatga ya. Karena memang, kami memiliki sepeda bukan untuk kebutuhan primer melainkan kebutuhan gaya, sekaligus untuk promosi go green dan sebagai gaya hidup masyarakat modern. Walaupun sepeda yang kami miliki bukan dari keringat sendiri, ada yang punya oomnya, ada yang punya abangnya, sekali lagi, walaupun sepeda minjam, yang penting gaya, hehe..
Trip kali ini berawal dari keinginan untuk  memberi contoh kepada grup sebelah, yang juga menggaungkan tentang sepeda, tapi ga pernah bergerak serta mengekspedisi. Walaupun grup kami tidak ada seragam khusus, logo, SK apalagi NPWP, tapi gowes tetap jalan, track baru dijelajahi, ekspedisi tiap bulan dan hasil pengamatan saya sendiri sebagai kabid humas sby (macam apa aja..) tiap harinya ada saja anggota baru yang mau bergabung, walaupun mereka hanya liat-liat isi grup, foto atau Tanya jawab, poin yang ingin di sampaikan adalah, pencitraan sby dikalangan facebokerss sukses berat.
Setelah tertunda beberapa kali, akhirnya disepakati tanggal 8 April, sebagai tanggal ekspedisi ke air terjun kuta malaka. Ada tujuh member yang ikut serta, 6 diantaranya adalah sudah terbukti kejantanannya dan satu lagi ijal, member baru yang coba menantang alam. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar,  mulai dari start di salah satu tempat tongkrongan favorit, Dhapu kuphi sekitar jam 9 kami berangkat menuju samahani, daerah dimana air terjun berada. Di tengah perjalanan kami singgah di Sibreh, salah satu Sparta, bang umam. Oiya.. Sparta itu julukan buat member yang suka ekspedisi dan track downhill, suka standing dan jumping trus ga takut lecet atau kotor sepedanya, dan mau merogoh kocek lebih dalam demi gaya bersepeda, hehe (aseli hiperbola). Intinya Sparta itu adalah sby, tapi tidak semua member sby Sparta.
Sekitar setengah jam kami istirahat di rumah bang umam, sambil menyantap boh giri, atau jeruk bali dan Alhamdulillah ayah bang umam nan dermawan menghadiahkan 3 buah jeruk bali untuk kami bawa ke air terjun. Setelah semuanya siap, dan persediaan air sudah di isi ulang, kami langsung  bergegas menuju samahani. Mulailah kami keluar dari jalan raya antar provinsi menuju track downhill alias bebatuan dan tanah. Mulai terasa paha pegal dan lemas, karena tanjakan yang luar biasa, ditambah cuaca yang menyengat. Terhitung beberapa kali kami melakukan pits stop.
Namun semua lelah, panas, pegal hilang ketika kami melintasi anak sungai. Nah, bayangkan ketika sudah panas, lelah dan pegal anda bertemu dengan anak sungai yang airnya jernih, bersih dan segar. Wuiiiih… yang pertama saya lakukan adalah, menggayuh sepeda secepat mungkin melintasi anak sungai tersebut, sehingga dengan kecepatan penuh tadi ketika ban sepeda meluncur di air, maka tercipratlah air tersebut bagaikan di film2 laga, wuiiihhh… saya berteriak kencang. Saya ulangi lagi, sehingga terekam dalam kamera. Luar biasa… unforgettable lah..
Rupanya itu bukan satu satunya anak sungai yang kami lewati, ada sekitar 5 anak sungai yang kami lalui, dan selalu saya melakukan hal yang sama ketika melewati anak sungai tersebut, sehingga basahlah semua badan dan sepeda. Sepeda yang tadinya bersih, ketika masuk sungai menjadi tambah bersih, namun setelah menanjak bukit-bukit terjal, ia menjadi kotor kembali.. dan turun lagi ke sungai sehingga bersih lagi. Kejadian tersebut berulang-ulang dan saya pun kegirangan.
Seperti yang saya ungkapkan tadi, track menuju kuta malaka dipenuhi bukit terjal, jalan yang berpasir dan anak sungai. Bukit terjalnya bukan hanya 30 derajat, bahkan ada yang sampai 45 derajat dan lebih, sehingga kami harus mendorong sepeda tersebut, dan itu sangat menguras tenaga. Dan kesalahan fatal yang kami lakukan adalah, kami lupa membeli nasi bungkus ketika berada di jalan antar provinsi, karena pada saat itu kami berada pada posisi di tengah-tengah antara air terjun dan jalan raya, sehingga duduklah kami di salah satu bukit sambil meratapi nasib, kelaparan. Bahkan ada yang berkhayal, seandainya ada pohon yang berbuah nasi bungkus, pasti akan segera di petik, ada juga yang berkata, seandainya ada sepeda motor yang mau dipinjami untuk beli nasi ke jalan raya pasti akan menyenangkan. Dan semua fatamorgana itu muncul.
Bukit demi bukit kami lewati dengan sisa tenaga yang ada, dengan persediaan air yang terbatas, bahkan ada yang mengambil air sungai, menaruh di botol minumannya dan meminumnya (itu saya, hehe) karena memang pada saat itu semua air sudah habis, dan posisi kami berada diantara bukit tanpa penghuni. Hingga di bukit yang kesekian ada salah satu member yang sakit perut dan hoyong (nama saya samarkan), langsung saya sugesti bahwa  “ini tinggal satu bukit lagi” ternyata tidak mempan, saya tambahkan “ di atas sana ada bidadari yang menunggu” ini agak mempan, hehe.. hingga kami tiba di bukit yang kami tuju, dan beristirahatlah sejenak disana.
Karena posisi air terjun hanya bisa dijangkau melalui jalan setapak, kami nekat membawa serta sepeda masing-masing, karena untuk membuktikan bahwa kami benar-benar telah sampai di air terjun menggunakan sepeda, kami harus berfoto di air terjun tersebut beserta dengan sepeda dan gaya masing-masing. Inilah serunya, track sebelumnya dengan cuaca menyengat dan bukit terjal, sekarang melalui jalan berlumut memasuki tengah hutan, harus ekstra hati-hati. Sesampainya di air terjun, disuguhi dengan pemandangan luar biasa, air yang sejuk, semua rasa lapar, lelah, pegal hilang, yang ada ekspresi ceria karena rekor baru telah terpecahkan. Kami ingat, tadi ayah bang umam ada memberikan jeruk bali, maka sambil menikmati suasana air terjun kami menyantap makan siang, yaitu jeruk bali, yaah.. lumayanlah. Daripada perut kosong. Setelah shalat, mandi dan foto-foto, kami angkat kaki untuk pulang.
Track pulang sungguh menantang, karena ketika berangkat kami menaiki bukit, nah waktu pulang kami menuruni kembali bukit-bukit tersebut sambil melewati anak sungai yang ada. Jika pergi menghabiskan waktu sekitar 4 jam (sudah termasuk pit stop) nah pulangnya hanya memakan waktu 30 menit, dan turunannya sangat eksrim. Ban sepeda saya saja sampai terseret-seret, stang sepeda bergetar, dan punggung kesakitan, walaupun demikian setiap melewati anak sungai tetap meluncur dengan kecepatan tinggi (ga semua member melakukannya lho…) dan diiringi dengan lompatan kecil sambil memegang erat rem depan-belakang. Akhirnya kami tiba di jalan raya samahani dan langsung mencari warung nasi. Setelah kenyang kami lanjutkan menuju rumah bang umam di sibreh dan pits stop terakhir kembali lagi di dhapu kuphi. Setelah menunaikan shalat magrib, kami kembali mengayuh sepeda menuju rumah masing-masing, dengan diiringi senyum merekah, karena rekor baru telah terpecahkan..

Malam penuh lelah…
Setelah mecahkan rekor baru bersepedah… 

1 komentar:

Siti Rahmah mengatakan...

nice story.... :)